Wednesday, September 16, 2009

utterly BORED.

So, I decided to take this picture of the office desk that I have been working on. It's ONE of the office desks, to be precise. The other, is much more... *ehem* messier. HurHur....

Notice the two cordless mouse? I always get confuse between the two haha! And I'll end up getting irritated at myself. You might wonder why I need a laptop when I have a Desktop... well, its simply because, the Desktop does not have Autocad installed... and my laptop? Well, there's no wireless internet access available :( heh. How Cool...

Ok, the fax machine's ringing! (That has got nothing to do with me but yeah... bye!)

Thursday, September 10, 2009

Reply Post To Azimah Azman

My dear friend Azimah has posted a very powerful video in her blog. It is a quote.

Excerpt From 'Coach Carter'

"Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkess that most frightens us. Your playing small does not serve the world. There is nothing enlightening about shrinking so that other people won't feel insecure around you. We were all meant to shine as children do. Its not just in some of us; it is in everyone. And as we let our own lights shine, we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear,our presence automatically liberates others."

Now, how would I reiterate this quote in my own words? Well, here it goes.

We are most afraid of being powerful, not of being weak. By acting weak, it does not do any justice; there is nothing good about being small so that others would feel comfortable around you. Everyone is meant to shine; as children do. And as we let ourself to soar, we sub-consciously allows others to do so. And as we are freed from our own fears, our presence automatically frees others from their fears.

In a nutshell, when you are 'average', people are comfortable with you. But when you are excellent, you allow other people to excel with you.

I have a life lesson that has something to do with you (Azimah). I used to be bad at maths and never wanted to excel (since Pri 2) because none of my friends do. And I hated being a nerd, although I used to look like one. I wanted to be cool in school. So I did not really care about maths. And so, there was a bunch of us who hated maths, and only a handful of 'nerds', I must say.

But, it was only in sec 4 (where I met you) that I realise I had to be good in maths. I did not care how, but I managed to open my heart to accept maths. When I accepted maths, I listened and paid attention more to the teacher. Although some of the guys in our class were fooling around, I still wanted to learn. Of course, I could choose to be 'cool' and join them. But I did not want to. I can act like I want to be good in maths and practise everyday, and drown myself in the 10 year series. But nothing would be accomplished until you learn to accept and learn from your mistakes and remember not to do it again.

So, when it was time to apply, we have to practise. This part is the most challenging because you want to still look cool. But 'cool' in another way and also a positive way. Of course you can choose to ask your friends and they will tell you they know nuts about maths. Especially when you have a bestfriend who would squeeze her pimples every time when she starts doing her 10 year series. (Sorry Lynn! haha) Now, how depressing is that??

Did you remember? That was when I looked and turned to you. I wanted to be good. You looked like you are keen in being good. There was nobody whom I could look up to at that point of time. We were into cliques and the class was not that good in maths. So that made the situation difficult. Tell me one time when Ms Cheong (our maths teacher/FORM teacher) would come into class and not nag at us about maths? ahaha. And we would make fun of her hair and what not... haha. Those days... But hey, she was the one who made me accept maths. I owe her big time.

So yeah, that was when I started being diligent with the 10 year series. *New best friend aye.* And as I thought you were approachable bacause you seem keen to excel, I gave you a call when I had problems with maths. In return, you'd stay up with me, doing maths all night... haha, ON THE PHONE! How cool. But that was the best moments I had in life. I gained 2 new best friends there. Good and real best friends. And now, as we have achieved our goals, we look up to each other. Imagine having a lot of friends... sharing the same friendship like we have... Always looking up to each other. Never stepping each other down. And we tell each other how we look up to each other and we mean it. :) Alhamdulillah for a friend like you.

A healthy friendship needs reciprocation. If one tells you that he/she looks up to you, never ever let her down by disregarding her remark. Always accept it and thank him/her and reciprocate. Find something that is good about her, and tell her. There is nothing to lose, in addition you will gain a real friend of a lifetime.

Like the quote above Azimah, you wanted to excel and you allowed me to. You let me excel because without you, I would still be clueless about maths. Although both of us were not that good, we had the same interests and we generate each other's logical thinking skills. And we learn together. We deciphered each questions together. I never regret that moment of my life. Never.

Until we meet again,
Assalamua'laikum :)

Tuesday, September 08, 2009

Masyallah

Bukan mudah Ya ALLAH…
Berdiri di tangga kemewahan, kenikmatan dan kesenangan
Keindahan dunia ini menganggu ku
Kemanisan hubbu dunya ini mencarik-carik imanku
Dimanakah aku tanpa kecintaan padaMU

Aku runsing Ya ALLAH
Aku berlari ke sana dan ke sini
Aku mencari dan terus mencari
Dimanakah ku tagih cinta Ilahi
Bagaimana harus ku bayar nikmat yang Kau beri
Sedang aku tidak diuji
Maka saat aku tidak diuji, adalah ujian yang terbesar sekali
Andai bisa aku berbicara denganMU
Dan ku harap Kau mendengar pengaduanku
Sungguh aku bukan bercakap kosong
Inilah keluhan hatiku
Yang merindu cinta MU, yang mengharap keredhaan MU….

Ampuni aku Ya ALLAH
Aku lemah lagi tak bermaya
Melawan sesuatu yang digelar fana dunia
Aku tak mampu Ya ALLAH,
Belenggu ini menghimpit ku…
Belenggu ini menghiburkan hatiku
Sehingga aku senang denganya
Sehingga aku takut kehilanganya
Sedang cintaMU itu sangat luar biasa…
Sedang cintaMU itu lebih dari segala-galanya…

Sungguh aku tak layak Ya ALLAH menghampiri syurgaMU
Dan pasti menggeletarlah seluruh tubuhku mendengarkan api nerakaMU
Lalu ke manakah langkahku
Selayaknya dimanakah tempatku
Atas redhaMU ya Rabbi..
aku hanya menuruti
Andai aku diseksa, kan aku patuhi
Asalkan Kau meredhai hidupku ini

Terima Kasih Ya ALLAH kerana sudi menyayangi diri ini
Terima Kasih Ya ALLAH kerana sering mendengar pengharapan serta pengaduanku
Terima Kasih Ya ALLAH kerana sering bersama-sama denganku,
tak kira apa keadaan imanku
Sesungguhnya Ya ALLAH,
cinta ku hanya milikMU…

*taken from azraqjuniormuslimahgirl

Renungan Ramadhan 3

Sesekali kita terbang meranjau, manggapai langit. Dan sesekali kita jatuh, terhempap mencium bumi. Apabila perkara itu berlaku, apakah kita akan terus mengalah dan serik?

Seandainya kau melihat redup renungannya, mungkin kau akan sedari, mungkin kau kan fahami...

Seringkali kita ucapkan syukur kepadaNya, dan selalunya kita bertanya apakah silap salah hingga mendapat balasan seperti ini. Sebagai manusia, kita leka. Leka bahawa dengan ujian sebegini, ia mengingatkan... Ia menyedarkan. Itulah petanda untuk pulang ke jalan asal.

Mengapakah kita selalu mempersalahkan orang lain? Mengapa kekadang kita rasa diri kita ini hebat? Mengapakah acapkali kita tidak ambil peduli, berkata dan mengucap sesuka hati. Maka itu lah saat-saat apabila diri leka.

Friday, September 04, 2009

Renungan Ramadhan 2

Seseorang itu harus mempunyai keyakinan diri apabila membuat sesuatu keputusan. Itu sudah tentu dan tidak dapat dinafikan lagi. Jika dia tidak yakin pada dirinya, tentu dia sudah bertanya kepada orang yang pada pandangannya lebih alim.
Namun begitu, jangan pula kita sangka bahawa, jikalau seseorang itu bertanya kepada kita tentang sesuatu, dirinya itu lemah dan dia mendongak kepada kita. Jangan sesekali engkau sombong. Sebenarnya orang yang suka bertanya itu lebih bijak daripada orang yang suka memberi jawapan.
Bayangkan, seseorang yang suka bertanya akan menujukan soalan yang sama kepada lima orang yang berlainan pendapat. Dia yang untung kerana dia mempunyai lima jawapan dan terserah kepadanya untuk menggunakan akal fikirannya supaya dapat menapis informasi yang tidak realistik atau relevan. Dan sisanya adalah jawapan yang 99% tepat.
Manakala orang yang merasakan dirinya itu alim (berpengetahuan) dan tidak memerlukan pandangan orang lain, adalah orang yang paling rugi kerana belum tentu jawapan yang telah diandaikannya sendiri itu betul. Lalu diberitahu jawapannya kepada orang lain. Jika salah, malulah dia, dan bodohlah dia kerana dia telah mengikut ‘kepandaiannya’ membabi buta selama ini.
Namun, tidak semua orang yang suka bertanya dan berpengetahuan seperti itu. Sebab itu diadakan akal dan fikiran. Segala kejadian adalah unuk kita nilaikan sendiri. Hanya Allah S.W.T yang maha bijaksana.

Tuesday, September 01, 2009

Renungan Ramadhan 1

1
Lebih seminggu Ramadhan sudah menemani kita. Banyak yang dapat dipelajari and kini, banyak juga yang dapat direnungkan. Alangkah hibanya hati ini terasa apabila mengenangkan nasib yang kita, kaum manusia sendiri, cari.
Apakah benar kesejahteraan dan kemakmuran itu hadir kerana kita? Ataukah, kesejahteraan dan kemakmuran itu hadir kerana kelalaian diri kita sendiri?
Kerana kita tidak mengambil berat tentang orang lain yang tidak senasib dengan kita? Lalu kita menginjakkan lagi semangatnya dengan mengheboh-hebohkan kekurangannya? Lalu si polan sabar dengan keterangan itu kerana dia tahu bahawa dia, yang mencacinya itu tadi, tidak akan faham pekara yang dialaminya kerana dua dunia mereka berbeza. Lantas, Sang Sombong membodohkan dirinya lalu berjalan lagi megah. Adakah itu wajar dan patut dilakukan?
Pelbagai jenis manusia hidup di dunia ini. Terlalu banyak jenis untuk dinamakan. Untuk kemudahan, dan supaya tidak ada perbelahan, kita anggap diri kita SAMA. Maka itu lah kesalahan dan kekurangan kita. Sebenarnya, kita tidak sama. Kita semua adalah lain. Entiti tersendiri. Cap jari kita lain. Mata kita lain. MUNGKIN sahaja, hati dan kepercayaan kita yang sama.
Mengapa kita selalu lalai, hingga melampau? Terlalu lalai mendatangkan riya’, kejijikan, dan ia akan memudaratkan diri kita sendiri. Selalu kita lupa pada ‘nawaitu’. Seringkali kita lupa bertanya akan kenapa perkara itu boleh terjadi. Dan acapkali, kita leka kerana kita telah dikurniakan ni’mat yang terlebihnya daripada Allah S.W.T, hingga kita lupa pada diri kita. Adakah engkau berpijak pada bumi? Ataukah engkau masih berada didalam khayalan sendiri? Sedarlah.
Mengapa kita hidup begini? Seperti orang yang tidak ada arah tujuan? Kais pagi , makan pagi. Visi kita tidak sama dengan kepercayaan kita. Tunggu, adakah kita faham akan kepercayaan kita itu? Apakah kepercayaan kita? Kepercayaan yang telah dinodai dengan dunia yang kita lahirkan. Islam. Apakah itu Islam? Adakah kita hidup dengan cara Islam yang sepenuhnya? Apakah kita sebagai umat Islam, mempunyai pendirian sendiri? Adakah kita masih mengangkat agama dan kepercayaan kita seperti mana diharapkan Nabi Muhammad S.A.W ? Ataukah, kita masih lalai dang terlalu terpengaruh dengan dunia hingga kita melupakan asal-usul. Bangkitlah.
Kita adalah panji-panji kepada agama yang amat mulia ini. Jangan kita suka bertengkar sesame sendiri. Jangan kita suka merendahkan satu sama lain. Jangan kita suka membongkakkan diri kita dan terus berjalan menghadap ke langit. Astaghfirullah.